Just got home after a brief visit from my ex Junior High School.
Dan menemukan beberapa hal yang sudah berubah, sejak hampir empat tahun lalu gue terakhir kesana. (Yap, padahal SMP gue deket banget sama rumah gue)
Contohnya, gudang yang dulu ga dipake pas jaman gue masih murid, udah dirombak jadi toko sekolah. Tanaman-tanaman di area sekolah sekarang udah rapi banget dengan papan-papan biru yang bertuliskan jenis tumbuhannya. Kepala sekolahnya udah ganti. Beberapa guru yang dulu ngajar gue katanya udah resign.
Tapi ada beberapa tempat di seputar sekolah yang sukses membuat gue tersenyum mengenang. Tempat-tempat yang belum berubah. Tempat-tempat, yang jika gue gali, akan gue temukan jutaan harta karun bernama memori.
Disana, bangku batu tempat gue dulu sering banget ngabisin waktu sama sahabat-sahabat terbaik gue tiap pulang sekolah. Dimana kami membicarakan hal-hal remeh kayak gebetan sampe yang berat kayak masa depan. Masa depan, dimana kami sudah ada didalamnya sekarang.
Disana, lapangan tempat kami olahraga. Tempat dimana upacara membosankan itu selalu dihelat di dalamnya. Tempat dimana acara-acara non akademis diadakan, yang membuat kami menjerit kegirangan karena ga harus belajar. Lapangan juga, tempat yang tepat buat colong-colong liatin gebetan. (Hee hee)
Disana, di lantai-lantai yang melajur tetap adalah tempat debu bekas tapak-tapak kami masih berpusar diatasnya. Ada gema langkah kami yang diredam keramiknya, ada celotehan kami soal cerita sederhana juga bisik-bisik rahasia yang masih terekam dalam udara.
Melihat semua ini, gue jadi berpikir.
Sebenernya sekolah ini, juga gambarin gue.
Semua perubahan yang terjadi tadi, menunjukkan betapa empat tahun itu bisa membentangkan jarak ga kasatmata yang begitu jauh.
Gue udah kerja, sementara temen-temen gue kebanyakan masih kuliah.
Gue pisah SMA sama kebanyakan sohib gue di SMP. Mereka dan gue, pasti punya banyak sekali pengalaman yang berbeda.
Mereka mungkin sudah menghadapi hal-hal yang belum pernah gue hadapi dan sebaliknya. Teman-teman bergaul kami juga pasti berubah.
Karena keterbatasan kontak, gue yakin selama ini (SMA - sekarang) sebenernya gue jarang ada buat sahabat-sahabat SMP gue di masa sulit mereka. Padahal ketika SMP, kami janji untuk terus dukung satu sama lain.
Sementara hal-hal yang tetap ada, juga membuat gue bersyukur. Bulan lalu gue baru aja ketemu sama beberapa sahabat SMP gue. Dan percaya atau enggak, kami gak canggung sama sekali.
Mereka berubah (tinggi, penampilan, status) tapi mereka yang gue kenal masih ada, berpendar sebagaimana mestinya.
Kami bertukar cerita seperti biasa, meski ada beberapa obrolan mereka soal SMA yang mungkin ga gue mengerti.
Tapi cara kami tertawa, bergurau bahkan bernyanyi masih sama.
Mungkin ada pembuluh-pembuluh baru pengetahuan, sel-sel anyar pengalaman yang sedikit banyak sudah mengganti pikiran dan pandangan masing-masing.
Karena kami bertumbuh.
Tapi gue yakin, sebesar apapun perubahan kami, kami yang dulu -yang dulu suka tuker-tukeran buku curhat, yang dulu masih suka lari-lari di koridor sekolah, yang dulu selalu histeris tiap abis liat si 'dia', yang dulu musuhan karena hal bodoh nan sederhana- masih ada di dalam jiwa yang sama.
Sekarang... gue yakin soal ungkapan yang bilang bahwa sahabat itu layaknya bintang.
Sejauh apapun (jarak, waktu) mereka, sesungguhnya mereka masih disana.
I treasure them, bestfriends. How about you ?
No comments:
Post a Comment