Tuesday, March 13, 2012

Into The New Addiction

Blame it on Thanks to ka Adrindia Ryandizsa (a.k.a kakak Avox di komunitas IndoHungerGames) yang menjejalkan rekomendasi buku-buku Sci-fi/Dystopia YA ke gue, gue jadi totally addicted sama genre ini sekarang.
Hahahaha.
Honestly, awalnya gue clueless banget sama genre ini, terutama Dystopia YA (kalo sci-fi gue lumayan sering denger dan ngerti dikit). Sampai akhirnya gue nanya ke Papa Wiki dan nemu ini ....

A dystopia is the idea of a society in a repressive and controlled state, often under the guise of being utopian. Dystopian societies feature different kinds of repressive social control systems, various forms of active and passive coercion. Ideas and works about dystopian societies often explore the concept of humans abusing technology and humans individually and collectively coping, or not being able to properly cope with technology that has progressed far more rapidly than humanity's spiritual evolution. Dystopian societies are often imagined as police states, with unlimited power over the citizens.


Dan..

Dystopia is defined as a society characterized by poverty, squalor, or oppression. Most authors of dystopian fiction explore at least one reason why things are that way.
Dystopias usually extrapolate elements of contemporary society and are read by many as political warnings. Many purported utopias reveal a dystopian character by suppressing justice, freedom and happiness.


Atau kalau gue tarik garis besarnya Dystopia adalah sebuah keadaan/visi/dunia futuristik (di masa depan) dimana biasanya seluruh aspek kehidupan masyarakat di dalamnya dimonopoli secara penuh oleh pemerintah/satu pihak manapun yang berkuasa dan cenderung otoriter. Biasanya Dystopia -dalam literatur- digunakan untuk sarana kritik dunia nyata yang kita tempati sekarang. Contohnya : Hunger Games yang menyentil soal tayangan TV yang belakangan menjadi semacam tren/kewajiban/dewa di US, juga mengenai segi politik (seperti yang pernah gue bahas disini) lalu seri Uglies yang menyinggung perihal penampilan fisik yang sering dianggap diatas segalanya, dan sedikit mengkritik tentang pembabatan hutan/kawasan hijau untuk industri dan pemukiman.

Sounds boring ?

Oh, man percayalah. Dystopia/Sci-Fi YA novel itu bukan buku panduan menyelamatkan bumi yada yada yada. Dengan kata-kata memikat dan alur yang ga tertebak, pasti lo pasti dibuat sadar secara perlahan dan bakal nyadar dunia yang kita tempati sekarang jauh jauuuuh lebih baik daripada dunia mereka. Dystopia mencoba mereka-reka dunia masa depan yang akan ditempati anak cucu kita, kalau kita ga mau merubah dunia kita sekarang ke arah yang lebih baik.
Yah there's a tale behind a story.

Gue baru aja selesai baca trilogi Uglies - Pretties - Specials by Scott Westerfeld (another recommendation from ka Adrin, and now i totally recommend them for you !) dan itu keren banget.



Berhubung gue lagi males bikin summary (hahaha forgimme) gue bakal copy sinopsisnya dari goodreads

Tally Youngblood akan berusia enam belas tahun, dan dia tak sabar menunggunya. Di dunia Tally, umur enam belas tahun berarti perubahan dari buruk rupa menjadi rupawan. Dengan menjadi rupawan, dia akan memasuki dunia berteknologi tinggi yang menawarkan kehidupan bersenang-senang. Tinggal beberapa minggu lagi, Tally akan memasuki dunia tersebut.

Tetapi dia berjumpa dengan Shay, sesama buruk rupa, yang tidak yakin mau berubah menjadi rupawan. Saat Shay melarikan diri, Tally mempelajari suatu fakta dari dunia rupawan—yang mengguncangkan dan ternyata tak secantik wujudnya.

Tally berada dalam situasi terburuk yang tak pernah dibayangkannya: mengkhianati temannya sendiri atau tak akan berubah menjadi rupawan sama sekali. Pilihan Tally akan mengubah dunianya untuk selamanya.

Nah lo tahu yang dimaksud dengan buruk rupa di dunia Tally ? Buruk rupa = kita. Kita dianggap sebagai manusia Pra-Rusty yang belum mengenal operasi untuk jadi rupawan. (yeah jadi rupawan disini bukan tentang sihir, tapi tentang teknologi -yang mengerikan-)
Oh gue yakin semua orang pengen jadi cantik atau ganteng, ya kan ? Mata besar, hidung bangir, kulit sehalus sutra. Tapi di dunia Tally ternyata menjadi rupawan ga seindah keliatannya. Mereka yang -di operasi- jadi rupawan punya lesi (semacam kanker) di otak yang membuat mereka ber'otak kosong' bahkan kaum Spesial (rupawan yang berkuasa dan berpenampilan cantik namun bengis) punya lesi yang lebih parah. Lesi itu membuat mereka menganggap rendah/jijik pada orang-orang buruk rupa (aaaay doesn't it sound familiar?)

Yang gue sempet ketawa disini adalah ada scene dimana Tally ngeliat majalah jaman kita (gue ulangi alias Pra-Rusty) dan memandangi foto 'manusia tinggi dengan tulang bertonjolan dan tubuh terlalu kurus dalam pakaian renang' lalu bertanya dengan ngeri 'Siapa ini ?' Akhirnya dijawab bahwa mereka disebut sebagai model, pekerjaan untuk mereka yang dulu dianggap kaum rupawan.

Nah itulah contoh salah dua bentuk kritik yang tersurat dalam Uglies.

Intinya, novel genre ini memungkinkan penulisnya mengeluarkan pendapat secara keras namun berkelas, lantang tapi meresap perlahan. Membuat kita berpikir banyak, menduga-duga di tiap akhir bab/buku, ikut tegang saat hero/heroine nya berhadapan dengan si pemegang tampuk kekuasaan, dan nganga lebar karena kadang akhirnya ga sesuai bayangan. (Jangan lupa juga tambahan partikel benda-benda canggih yang super keren e.g : hoverboard/hovercar/hovercraft, dinding yang bisa jadi mata-mata, alat pembuat makanan sendiri etc)
Banyak hal bisa dipelajarin dengan cara yang mengasyikkan dan ga membosankan di genre ini. Dan gue menyarankan banget buat para kutu-kutu buku untuk mencoba, kalau belum pernah coba.
Sekarang sih, gue lagi baca buku pertama trilogi Matched nya Ally Condie, (lebih tepatnya e-book karena gue ga nemuin tuh buku dimana-mana) yeah another Dystopia novel yang sinopsisnya sangat-sangat membuat gregetan.
Terus juga lagi penasaran sama seri sci-fi Last Survivors (#1 Life as We Knew It, #2 The Dead and The Gone, #3 This World We Live In) nya Susan Beth Pfeffer yang di rekomen oleh, the one and only Ka Adrin hahaha.




No comments:

Post a Comment