Rio menghentak hentakan kepalanya mengikuti irama alunan lagu 'KRAZY' dari grup musik Pitbull. Stereo turbo yang dipasang di bagian depan
dan belakang sedan hitamnya mendukung beat demi beat asik lagu khas
clubbing itu.
Shilla menghela nafas sambil sesekali melirik ke arah 'tuan' nya yang sedang asik dengan dunianya sendiri. Shilla ga pernah mendengar lagu
seberisik itu sebelumnya. Ini satu mobil speaker semua kali ya isinya
?
Rio melajukan sedannya dengan kecepatan tinggi, seakan akan jalanan sudah dibeli olehnya. Shilla mendesah pelan, untung mereka berangkat agak
pagi, jalanan masih sepi. Jadi persentase resiko kecelakaan karena ke
'seenakan perut' Rio dapat menyusut sedikit.
Rio menggerakan setir sambil mengecek ponselnya, hmm .. sms sms ga penting lagi .. cih .. ga ada kerjaan kali ya cewek cewek itu ..
kenapa banyak banget pula ? Dia paling malas men -delete- nya satu
satu.
Rio mengacungkan ponselnya ke depan muka Shilla. Shilla mengerutkan keningnya.
“kenapa ?” tanyanya “tuan ..” tambahnya lagi.
“apusin ..” kata Rio enteng, pandangan matanya masih menyapu jalanan di hadapannya.
“hah ?” tanya Shilla spontan
Rio memalingkan wajah tampannya dengan kesal “gue bilang apusin ! Ga ngerti bahasa Indonesia ?”
Dengan takut takut, Shilla meraih ponsel Rio. Mampus. Ponsel Rio adalah ponsel model terbaru yang biasa ia lihat di majalah majalah milik Sivia, layar
sentuh pula. Shilla kan gaptek ...
Akhirnya, Shilla cuma bisa menatapi ponsel Rio. Mau nanya, takut ... mau coba coba ngapus, kalo kepencet yang lain bisa berabe ..
“lama amat ?” tanya Rio kesal.
Shilla akhirnya membuka mulut “saya ga ngerti ..”
Rio menghela nafas kesal “kampung ..” katanya pelan, lalu mengambil kembali ponselnya “bego juga sih gue nyuruh elo ..”
Shilla cuma bisa mengurut dada dalam hati (hah ?)
“ntar siang ..” kata Rio tiba tiba “elo pulang sendiri .. gue mau cabut waktu jam pelajaran ketiga ...”
Shilla cuma mengangguk, ya namanya bawahan nurut aja sama majikan. Meskipun majikannya super duper nyolot model Rio begini.
Tak berapa lama, sedan Rio memasuki sebuah jalan kecil yang cukup sepi.
Rio memandang Shilla tajam. Sementara Shilla ketakutan .. apa salahnya ?
“turun ..” kata Rio
“hah ?” tanya Shilla spontan lagi.
“elo turun disini .. sekolah gue udah deket .. elo silakan jalan kaki, ga usah ikut gue .. bisa rusak reputasi gue kalo ada yang liat gue
dateng sama lo ..”
Shilla cuma bisa pasrah dan melangkah turun. Grrrrrrr banget 'tuan muda' nya ini.
“oya ..” tambah Rio “ga usah bilang bilang ke Gabriel oke ?”
Shilla mengangguk lagi.
Tanpa sepatah kata lagi, Rio mundur dan melajukan mobilnya, meninggalkan Shilla dan kebingungannya.
*****
lucu banget ha ha ha .. cuma 5 patah kata itu yang ada di benak Shilla. Butuh 20 menit baginya untuk bisa sampai di depan gerbang sekolah
barunya. Karena, Shilla sebelumnya ga tau nama sekolahnya, dia harus
bertanya pada belasan orang, hingga ada yang bisa memmberitahunya
nama sekolah dari lambang yang tersemat di blazernya. Shilla hampir
berputar putar karena berbagai petunjuk ngaco yang didapatnya.
Lucu banget ha ha ha .. pertama masuk ke sekolah super elite ini dengan kondisi hampir bermandi peluh. Shilla memelototi plang besar di depan
gerbang. SEASONS SENIOR HIGH ACADEMY. Oke, jadi ini nama sekolahnya.
Bagus.
Bagus sekali pula, blazernya sudah bau matahari. Permulaan yang sangaaaaaaaat baaaaagus .. pikirnya sarkatis.
Errrrrrgh ... kalau saja bukan karena kebaikan Bi Okky , Ka Dea dan Tuan Gabriel, mungkin dia akan memutuskan untuk hengkang dari kediaman
keluarga Haling begitu tadi diperlakukan semena mena oleh Rio.
Errrrrrrrrgh .. andai saja dia bisa memiting leher Rio seperti dia
biasa memiting leher Daud, tetangga dan partner-in-crime nya sejak
kecil itu ..
oke, Shilla .. stop mengeluh .. bersyukurlah kamu bisa masuk di sekolah sebagus ini .. pikirnya lagi
Dan Shilla tampaknya harus kembali menahan rasa syukurnya. Begitu ia memasuki gerbang, tampak di hadapannya sebuah tempat parkir yang dijejeri deretan mobil mewah yang harganya bisa berhias angka nol sampai sembilan digit.
Shilla menelan ludah sambil terus berjalan ke arah pintu utama gedung. Bagus ... baguuuuuus sekaliiii .. semua naik kendaraan pribadi .. sementara
dia pulang nanti harus naik kendaraan sejuta umat ..
Sebuah honda city pink melaju kencang di samping Shilla dan tepat berhenti di depan pintu utama gedung, di depannya. Klise, layaknya film film
remaja barat sana. Segerombolan cewek cantik nan populer nan kaya nan
... (diikuti gelar gelar 'kebangsawanan' lainnya, silakan isi
sendiri) turun dari honda city itu.
Keke dan kawan kawannya. Shilla melihat cewek hitam manis ini kemarin di pesta socialite keluarga Haling. Dengan gaun cantik Prada dan high
heels Miu Miu. Kini pun, di sekolah, ia tampak tak kurang 'wah ..'.
Sling bag mungil Louis Vuitton tersampir anggun di bahunya (“ditaruh
dimana bukunya ?” pikir Shilla), sepatu sekolahnya tak kurang dari keluaran
Esprit terbaru, dan mengapa pula blazer dan rok sekolah yang membosankan
itu bisa tampak begitu mirip edisi clothing paling anyar keluaran Juicy Couture di tubuh
Keke ?
Begitupun penampilan teman teman Keke yang lain. Mungkin mereka semua keturunan Aphrodite, dewi kecantikan dari yunani. Tapi sayangnyaaaaa .. mulut mereka
menyerupai Medusa.
Keke mencak mencak begitu tidak melihat satu pun tukang parkir.
“pada kemana sih ini ?” tanyanya sambil memainkan rambutnya.
Seorang lelaki tua tergopoh mendekati Keke “maaf non ..”
Keke mencibir kesal , lalu menyerahkan kunci mobilnya ke arah bapak tua itu. Praaaaaaaak .. kunci itu jatuh tepat di depan kakinya sehingga
si bapak tua itu harus kesusahan membungkuk di depan sepatu keke
untuk meraih kunci.
Shilla menelan ludah .. parah ..
Keke langsung pergi bersama kawan kawannya, sementara mobilnya kini diambil alih si bapak tua. Hah ? Ada pelayanan khusus valet parking
kah di sekolah ini ?
Shilla menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal. Keajaiban macam apa lagi yang harus dihadapinya ?
*****
XI IPA I , kelas barunya. Shilla membaca baca buklet dan peta yang diberikan padanya di ruang tata usaha tadi. Kepala sekolah menyambut
baik kedatangannya .. mungkin karena hormat pada nama Gabriel.
Ternyata sang kepala sekolah juga sudah dipesan utnuk tidak
memeberitahukan tempat tinggal asli Shilla sekarang.
Kelasnya ada di lantai 3 .. tak masalah, ada elevator yang siap mengantarkannya. Shilla ga norak norak banget kok. Dia pernah naik
elevator semacam ini waktu ke pusat perbelanjaan di Kota dekat
kampungnya dulu. Elevator yang dinaikinya tidak begitu penuh. Hanya
ada seorang cewek yang sedang membahas pelajaran di buku tulis
'campus' nya bersama seorang cowok lain. Shilla mengerutkan
keningnya. Si cowok tampak tidak asing.
Shilla mengangkat bahu sendiri lalu kembali berkutat dengan peta nya. Ckckckck apa apa an sampai ada taman rusa segala ? Ini sekolah atau
kawasan Monas ?
Ting ... pintu elevator terbuka di lantai 3 .. kaget juga Shilla ketika melihat kedua orang tadi ikut turun di lantai yang sama. Shilla memutuskan mengacangi
urat malunya lalu mendekati kedua orang itu. Ya lumayan .. walau Shilla bisa melihat tas bergambar anak anjing
merk Anya Hindmarch ASLI yang ditenteng cewek itu.. pasti mereka ini juga orang kaya ...wajah mereka
berdua tampak baik .. Biar kampung, Shilla juga kan ngerti sedikit sedikit soal mode.
“permisi ...” kata Shilla
Kedua orang itu tersenyum (Shilla menghela nafas lega juga dalam hati) “iya ?”
“kelas XI IPA I itu dimana ya ?” tanya Shilla
Si cewek tersenyum “oh .. itu kelas kita juga .. elo anak baru ?”
Shilla mengangguk.
Si cewek mengulurkan tangannya “gue Ify ..”
“Shilla ..”
Giliran si cowok “gue Deva ..”
“Shilla ..” Shilla menjabat tangan kedua orang itu bergantian.
“pindahan dari mana ?” tanya si cewek.
Shilla terdiam sejenak .. oke .. apa yang harus dijawabnya ..
“dari SMAN 3 ..” jawab Shilla seadanya , lalu menambahkan dalam hati “Desa Apit ..”
“oh ...” Ify mengangguk angguk “yang di Setia budi ?”
Shilla cuma tersenyum. Sementara Deva melihatnya dengan pandangan menyelidik.
“kok kayaknya gue pernah liat elo ya ?” tanya Deva yang cuma dijawab Shilla dengan mengangkat bahunya.
“baru masuk hari ini ?” tanya Deva lagi
Shilla mengangguk lagi.
“belom muter muter dong ?” tanya Ify ramah.
“belum ..” jawab Shilla.
“boleh juga nih kita ajak muter muter dulu ..” kata Ify sambil mengangkat sebelah alisnya kepada Deva.
Deva tertawa “ketua OSIS macem apa lo, manfaatin anak baru buat bolos pelajaran ?”
Ify menjulurkan lidah “daripada gue pusang pusing belajar Kimia ntar, si Pak Joe juga pacaran sendiri sama papan tulis ..gue bilang kepsek dulu deh boleh ga ambil jam pelajaran buat anter Shilla muter muter..”
Deva tertawa melihat Ify yang sudah ngibrit “nanti ajak ajak gue yaaaaaa kalo boleh ambil jam pelajaran muternya ..”
“wooooo dasar ..” teriak Ify dari kejauhan.
Shilla tersenyum kecil melihat tingkah polah dua orang ini.
“masuk aja yuk .. hari ini ga ada apel .. pelajaran pertama bahasa Indonesia , paling elo disuruh perkenalin diri ..” Deva membimbingnya ke arah
sebuah ruang kelas.
Pemandangan serba putih menyergap mata Shilla. Keempat dinding ruang kelas berwallpaper putih dengan sebuah line berukuran 10 cm bergambar
simbol sekolah yang melintang di tengah tengah. Sebuah papan tulis
puith tergantung di depan kelas. Meja guru dan murid semua berwarna
putih. Satu murid mendapat satu kursi yang tersambung langsung dengan
meja (seperti di universitas itu loh ..). Dua buah air conditioner
tergantung di sudut kelas dengan pengharum ruangan beraroma lavender.
Ruangan itu sudah hampir penuh.
“duduk sini aja nih ..” kata Deva menunjuk sebuah kursi di tengah kelas.
“gue sama Ify sebelah sebelahan sama elo deh ..” kata Deva, yang tampaknya mengerti kecanggungan anak baru.
“errrr ..” Shilla meneguk ludah .. Deva baik sih, tapi kenapa milih tempatnya itu harus di belakang Rio ? Kenapa pula mereka sekelas ?
'Tuan Muda' nya itu tampak tak peduli .. ia sibuk dengan ponselnya .. mungkin sibuk menghapus sms sms tadi ..
Rio tau pelayannya baru saja memasuki kelas bersama Deva, tapi dia membiarkannya .. toh dia memang harus pura pura tidak kenal dengan
cewek itu. Rio tertawa dalam hati saat melihat kondisi Shilla yang
agak kusut. Lucu kan mengerjai cewek satu itu.
Shilla mengobrol pelan dengan Deva, jauh jauh dari masalah pribadi yang bisa membuka kedoknya. Tak berapa lama, Ify datang sambil tersenyum. Ia
tersenyum ke semua orang di dalam kelas termasuk Rio yang tidak menghiraukannya.
“heiiii .. ntar waktu pelajaran kimia gue boleh ajak elo muter ..” kata Ify pada Shilla.
Deva memandang Ify penuh harap “terus gue ?”
“elo ga boleh ikut ..” kata Ify
“jahat abis ..” Deva menggeleng gelengkan kepalanya
“becandaaaaaaaa ..” lanjut Ify “lo boleh ikut asal ga ngerusuh ..”
Deva tersenyum manis.
Tak berapa lama Bu Winda, guru bahasa Indonesia datang. Ia tersenyum melihat Shilla lalu menyuruhnya memperkenalkan diri di depan kelas.
Shilla memperkenalkan nama dan asal sekolahnya (ia kembali meminuskan daerah sekolahnya). Hanya dua keterangan itu. Bu Winda dan beberapa anak
lain menunggu Shilla kembali berbicara.
“apa ?” tanya Shilla spontan
“errr ..” kata Bu Winda “kamu ga mau nambahin papa kamu kerja dimana atau kamu tinggal di perumahan mana ?”
Shilla menghela nafas dalam hati .. dasar sekolah orang kaya .. perkenalan biasanya harus pake nyombong ya ? Pikirnya kesal
“segitu saja, bu ..” kata Shilla.
Bu Winda mengangkat bahu, lalu mempersilakan Shilla kembali duduk.
Shilla mengikuti jam pertama dan kedua bahasa Indonesia dengan lancar saja. Ga ada yang istimewa dalam hal materi pelajaran. Beberapa kali, ia
melihat 'tuan muda' nya menyentuh nyentuh layar ponsel di atas mejanya, tanpa di
tutup tutupi layaknya anak SMA lain yang sedang sembunyi sembunyi
smsan di saat jam pelajaran.
Bu Winda tampak membiarkan Rio bertindak semaunya. Mungkin karena kedudukan Rio ? Shilla tidak tahu.
Bel pergantian pelajaran berdering, Rio bergegas pergi meninggalkan kelas, cabut .. seperti yang dikatakannya pada Shilla .. ia keluar bahkan sebelum Bu Winda pergi. Bu Winda hanya diam, sementara murid2 lain agak terpana melihat aura angkuh yang terpancar dari Rio, yang kini menjauh dari kelas.
“iuuuuuh ..” Deva mencibir “Tuan Besar Rio ..”
“huuuus ..” Ify menyikut Deva.
Deva mengangkat bahu tak acuh.
“yuk keluar, Shil .. udah pelajaran kimia ..” kata Ify
Shilla mengangguk. Ify meninggalkan Shilla dan Deva di belakangnya, karena ia harus menemui Pak Joe sebelumnya.
“Shil .. gue mau ngomong ..” kata Deva
Shilla mengerutkan kening “kenapa ?”
“gue yakin gue pernah ngeliat elo ...” kata Deva
“dimana ?”
“Rumah Rio ...”
Next Part >>
lanjuttttttttttttttttttttt :)
ReplyDelete