“hah ?” kata Shilla spontan
Deva mengangkat sebelah alisnya “bener ga gue ?”
Shilla menghela nafas pelan. Masa kedoknya kebuka secepet ini sih ? “kamu yakin itu aku ?”
“one hundred percent ..” kata Deva “ tapi yang gue liat lo pake baju pela …”
“sssssssssstttttt ..” Shilla menaruh telunjuknya di depan bibir, mengisyaratkan Deva untuk berhenti berbicara saat itu juga. “iyaa ..” katanya pelan “aku emang kerja di rumah tuan mud .. eh, Rio
maksudnya .. jadi pelayan .. tapi kamu ga usah bilang siapa siapa ya ? ini
rahasia yang ga boleh orang lain tau .. aku ga mau nyusahin tuan Gabriel ..”
Deva tersenyum “tenang aja .. mulut gue ga ember kok ..”
Shilla ikut tersenyum, semoga Deva bener2 bisa dipercaya.
“terus Ify gimana ?” Tanya Deva lagi
Shilla mengangkat bahu.
“kenapa lo bedua tampangnya pada serius gitu ?” Tanya Ify yang tiba tiba datang
“ini nih ..” kata Deva “lagi ngomongin Shilla yang tinggal di rumah Ri ..”
Shilla menginjak kaki Deva yang kini tengah meringis
“hah ? emang lo tinggal dimana sih, Shil ?” Tanya Ify
Oke .. haruskah dia juga jujur pada Ify ?
Setan di otaknya berkata “ga usah jujur, Shil .. ngapain ?”
Sisi malaikatnya menjawab “kamu harus jujur, Shil .. Ify kan baik ..”
“ah apa dia bakal baik sama kamu kalo dia tau kamu cuma pelayan ?” kata si setan mengompor ngompori
“percaya sama aku, Shil .. kamu harus jujur sama Ify ..” kata si malaikat
Kedua mahluk berbeda dunia itu pun tiba tiba hilang dari otak Shilla. Ify dan Deva masih menatapi Shilla. Ify dengan tatapan masih bertanya, sementara Deva dengan tatapan ‘terserah elo mau jujur atau engga ..’
“err .. aku cerita .. tapi pleaseeeee jangan bilang siapa siapa ..” kata Shilla.
Ify yang bingung memutuskan mengangguk saja. Shilla pun bercerita mengenai almarhumah bunda nya, wasiat bunda nya (Shilla meminuskan part nama Bu Romi), hingga akhirnya dia bisa bekerja di rumah Rio
sebagai pelayan.
“waw ..” kata Ify akhirnya.
Shilla mengangkat bahu “ya gimanapun itu jalan hidup aku sekarang kan ? ya aku jalanin aja ..” Shilla tersenyum
Ify juga tersenyum “tenang .. gue bakal jaga rahasia ini kok ..”
Shilla tersenyum lega (“tuh kan ..” kata malaikat di otak Shilla yang merasa menang)
Deva tersenyum juga lalu berbicara “udah yuk jalan ..”
“yuk ..” kata Shilla bersemangat untuk mengalihkan pembicaraan “mulai darimana nih ?”
Ify tersenyum melihat tingkah Shilla. “turun dulu aja deh yuk ..” katanya sambil menuju ke elevator terdekat.
Ify dan Deva mengajak Shilla menyusuri lantai pertama gedung. Shilla cukup takjub melihat sebuah kolam renang besar berstandar olimpiade (“soalnya banyak loh siswa sini yang atlit renang ..” kata Ify),
sebuah tempat fitness lengkap dengan trainernya, bermacam2 lapangan olahraga
indoor seperti lapangan futsal, sepakbola, basket, voli, bulutangkis (“yang
outdoor juga ada, ntar kita liat ya di luar ..” jelas Deva). Sebuah ruang
gymnastic juga melengkapi fasilitas olahraga sekolah ini.
Ify dan Deva mengajak Shilla beranjak ke halaman depan untuk mengitari bagian luar sekolah. Mereka mengunjungi lapangan olahraga outdoor yang disebutkan Deva tadi, bahkan kini Shilla tidak bisa menahan
mulutnya untuk ternganga melihat sebuah tempat pacuan kuda (“kalo pacuan kuda
ini sifatnya ekskul sih .. bayar perbulannya kira kira …” oke, soal harga tidak
usah disebutkan karena bisa membuat Shilla semaput).
Ify dan Deva harus mati matian menahan Shilla yang bersikeras mau masuk ke istal kuda (“kuda ya gitu gitu doang kok, Shil .. ga ada beda sama di buku buku .. lagian istal kuda bau tauuu ..” kata Ify).
Mereka melanjutkan perjalanan ke taman luas milik sekolah, luasnya kira kira hampir sepertiga hektar. (“ya ampuuuun ini lebih luas daripada sawahnya pak lurah ..” kata Shilla, disambut gelak tawa Ify dan Deva).
Mereka menjenguk rusa rusa kecil yang ada di dekat taman (“aku ga pernah liat
rusa loh .. biasanya kambing ..” kata Shilla polos).
Sampai akhirnya mereka bertiga ‘mendarat’ di gedung cafeteria yang terletak terpisah dari gedung sekolah, bangunan dua lantai yang tertutup ini dilengkapi oleh pendingin ruanagn di tiap sudutnya. Tapi di lantai
dua, ada sebuah teras kecil yang dilengkapi payung payung besar untuk siswa/I
yang menginginkan suasana outdoor.
Berbagai booth makanan, mulai dari nasi uduk hingga okonomiyaki (pizza jepang) dan macam macam fastfood terkenal berjejalan di kedua lantai tersebut. Ify dan deva iseng iseng membelikan sekotak takoyaki
untuk Shilla, yang sempat geli melihat potongan cumi kering yang masih
menggeliat geliat, tapi akhirnya ketagihan juga.
“udah deh kita ngadem disini aja … 5 menit lagi juga istirahat ..” kata Ify yang sudah memesan seporsi rawon, mereka bertiga sudah nangkring di lantai dua cafeteria.
“dasar lo emang ..” kata Deva sambil mencomoti spiced chicken ala taiwannya.
“lo ga makan lagi, Shil ?” Tanya Ify
Shilla tersenyum kecil, dalam hati dia meringis menatapi kantongnya. Oke, Cuma ada selembar dua puluh ribuan disana. Dia belum tau bagaimana cara pulang darisini, berapa biaya yang harus dikeluarkan. Cukupkah
uangnya untuk makan ? perutnya sedikit melilit sih .. Bunda nya pasti akan
marah kalau melihatnya menahan lapar begini ..
Ga mungkin dia meminjam uang Ify atau Deva, apa kata dunia ?
Ify bisa melihat Shilla menatapi uangnya “Shil, mau makan apa ? gue traktir deh ..”
Shilla menggeleng “ga usah, fy .. makasih .. ehm, disini makanan yang sepuluh ribuan apa ya ?” tanyanya tanpa malu, sebodo .. ngapain gengsi, daripada dia kelaperan ..
“oh .. ada tuh bakmi ayam di pojok situ .. enak tuh ..” kata Deva
“ya udah .. aku mesen dulu deh ..” kata Shilla sambil beranjak ke arah gerobak yang berdiri di pojok ruangan.
“mas ..” katanya pada sang penjual “bakmie nya satu ya ..”
“oke, neng ..” kata si mas penjual sambil meracik bumbu.
Shilla membalikan badan lalu berdiri di depan gerobak. Benar saja, seperti kata Ify, jam istirahat sudah dimulai. Berbondong bondong siswa/I mulai menjejali kantin. Beberapa naik ke lantai dua tempatnya berada
sekarang.
Shilla melihat gerombolan popular itu. Keke dan kawan kawannya, mereka sibuk memenceti ponsel dengan gaya angkuh yang sama dan langkah yang teratur. Kehadiran mereka seakan mengintimidasi siapapun yang dilewatinya.
Shilla mencibir, paling malas melihat adegan-sok-dramatis yang mereka ciptakan. Emang ini film Hollywood apa ?
“kok lama, mas?” Tanya Shilla pada si mas penjual.
“bentar neng, ini elpijinya abis .. saya ganti dulu ya bentaran ..”
Shilla yang sudah merasakan perutnya dangdutan cma mengangguk dan meringis .. awas aja nih kalo sampe ga enak .. udah bikinnya lama,ini kan
juga sisa sisa duit terakhirnya (ngenes amat ?)
Shilla kahirnya memutuskan menatapi gerombolan po-puih-ler itu .. ya ampun gayanya .. ckck sekolah punya dia kali ..
Keke menghampiri sebuah meja berpayung yang ada di bagian teras outdoor lantai dua, yang sudah terisi oleh beberapa cewek lain.
Keke hanya diam lalu menatapi cewek cewek itu satu per satu.
Cewek cewek itu balas menatap Keke “ga bisa tuh mata biasa ?” wah. Kelas 3 tampaknya .. gimana tuh si miss sombong ?
“engga ..” jawab Keke nyolot
“ada masalah apa ?” Tanya seorang cewek berkacamata yang menanggapi denagn kepala dingin
“ini tempat gue ..” jawab Keke
“oh ya ? sejak kapan disini ada tulisan ‘reserved’ ?” seorang cewek yang bertubuh agak tambun bertanya tak kalah nyolot.
“gue tau siapa elo ..” kata Keke
Cewek bertubuh agak tambun itu mengernyitkan dahi “maksud lo ?”
“elo …” Keke mendekatkan wajah cantiknya ke arah kakak kelasnya itu “Irva dari kelas XII IPA II, masuk ke sini bukan karena elo mampu .. bokap lo .. cuma tukang kue .. dan nyokap lo .. cuma guru les anak SMP ..
orangtua lo mati matian minta keringanan dari sekolah karena .. yah .. elo
punya otak ..” kata Keke agak geli, seakan akan ‘punya otak’ sama definisinya
dengan ‘mengemut kecoa madagaskar hidup hidup’.
Semua mata di lantai dua cafeteria menatap adegan itu. Bahkan beberapa siswa/I yang ada di lantai satu bergegas naik ke lantai dua .. mau melihat siapa yang di gencet Keke.
“gue .. Keke dari kelas XI IPA II, dan bokap gue salah satu pemegang saham sekolah dan bokap gue yang punya setengah saham cafetaria ini …” kata Keke, mendeklarasikan supremasinya.
Irva memasang wajah agak takut, mukanya memerah.
“pergi .. atau lo dan temen temen lo gue banned buat masuk cafeteria ini ..” kata Keke sambil emlipat kedua tangannya di depan dada.
Irva dan teman temannya bangun dari kursi
“oya ..” kata Keke “jangan bilang jam Levi’s di tangan lo itu asli .. berapa harganya ? sepuluh ribu ?”
Keke mencibir diiringi tatapan kagum temn temannya, Irva dkk pun bergegas pergi meninggalkan Keke.
“aduh .. bekas orang miskin .. tolong bersihin dulu dong ..” kata Keke
Beberapa temannya lalu mencabut beberapa helai tissue dari meja dan membersihkan bangku yang akan Keke duduki.
Shilla hanya menggeleng geleng ga habis pikir .. ada ya manusia sesobong itu di dunia ini .. ckck ..
“neng .. “ sapaan si mas penjual mengangetkan Shilla
“eh, napa mas ?”
“ini bakminya .. keasikan nonton ya, neng ?” kata si mas penjual bakmi sambil nyengir.
“hah ? iya “ jawab Shilla seadanya.
Mas penjual itu berkata sambil megelap tangannya “adegan kayak gitu mah udah biasa, neng .. pasti neng orang baru yah ?”
Shilla cma mengangguk lalu mengangsurkan uang dua puluh ribuannya. Yang segera dikembalikan dengan selembar sepuluh ribuan oleh si mas penjual.
Shilla berjalan pelan pelan membawa mangkok bakminya yang masih panas. Salah dia juga ga minta piring tatakan. Bakninya tercium begitu menggoda, perutnya berdangdut semakin keras.
“eiiiiit …” praaaaaaaaaang .. Shilla tak sengaja menjatuhkan mangkok bakminya, karena tiba tiba Keke muncul di depannya .. mangkok itu terjatuh tepat ke bawah kakinya. Enggak. Mungkin. Makanan dari sisa
uang terakhirnya itu kini tergeletak tak berdaya di bawah, bersatu padu dengan
debu, kuman, bakteri, semut dan kawan kawannya.
Shilla ternganga lalu memandangi Keke dengan tatapan super membunuh.
Keke cuma bergidik sebentar lalu beranjak pergi.
“heh ..” Shilla mencekal tangan Keke. Menyianyiakan makanan dari sisa uang terakhir adalah perbuatan yang sama terhinanya denagn teroris bagi Shilla. Sejak dulu. Di tengah segala kekurangannya, Bunda selalu
mengajar Shilla untuk tidak pernah membuang makanan, karena bisa saja itu
rejeki terakhirnya.
“apaan sih ?” kata Keke setengah marah.
“itu makanan saya ..” kata Shilla sambil menunjuk bakmi di bawah kakinya.
“so what ? lo mau gue beliin lagi ? gue beliin sama mas mas penjualnya sekalian juga bisa ..” kata Keke
“saya ga butuh kamu dan kesombongan kamu ! yang saya butuh kamu minta maaf !” kata Shilla.
Keke memelototi Shilla, yang balas memelototinya.
“elo SI-A-PA ?!” jawab Keke “gue ini ..”
“iya iya ..” kata Shilla sambil memutar bola matanya “kamu itu .. eh, salah PAPA kamu salah satu pemilik saham sekolah ini dan juga pemilik setengah saham cafeteria ini .. seisi cafeteria juga tau kok ..” kata
Shilla
“yang saya butuh ..” kata Shilla keras “bukan jabatan dan kekuasaan PAPA kamu ! yang saya butuh KAMU minta maaf !”
Tanpa sadar, adegan itu kembali menjadi tontonan.
“ELO , minta GUE, GABRIEL ANGELINE THALITA PANGEMANAN buat minta maaf sama ELO ?”
“iya “kata Shilla enteng
“ELO GI-LA !”
“saya ga peduli saya gila .. itu urusan nanti .. yang sekarang saya mau kamu minta maaf .. kamu mungkin telalu kaya, sampe ga pernah menghargai seporsi makanan” kata Shilla sejujur jujurnya karena emosinya sudah
mencapai ubun ubun.
“jadi E-LO orang miskin ?” Keke mencibir
“paling engga, kalopun saya orang miskin saya masih punya karunia dari Tuhan yang bernama rasa SYUKUR .. dan MENGHARGAI orang ..” kata Shilla keras
Keke kehilangan kata kata, ia tiba tiba memutuskan pergi dari cafeteria bersama teman temannya
“this is not the end of the game .. you started it , so you have to finished it ..” kata Keke tajam lalu benar benar beranjak.
Shilla mengangkat sebelah alisnya. Kepergian Keke menghipnotis semua isi cafeteria untuk menatapinya.
Shilla menghela nafas pelan, ia harus menemui mas penjual bakmi dan ..
“neng keren banget ..” tiba tiba si mas penjual bakmi sudah ada di sebelahnya, membawa sapu dan pengki untuk menyapu pecahan mangkoknya.
“aduh maaf ya, mas ..” kata Shilla merasa bersalah.
Si mas penjual bakmi menggeleng geleng takjub sambil menyapu pecahan mangkoknya “gapapa neng .. nanti saya ganti deh bakminya .. gratis buat eneng ..”
“serius ?” kata Shilla yang kembali merasakn perutnya dangdutan.
Si mas mengangguk “neng duduk aja, nanti saya anterin ..”
Shilla mengangguk “makasih ya, mas ..” katanya lalu kembali ke meja Ify dan Deva yang kini menatapinya dengan cengo.
“kenapa ?” Tanya Shilla sambil menyeruput es kelapa Ify.
“you are awesoooooome ..” kata Ify tiba tiba
Shilla tersenyum kecil.
Deva menepuk pundaknya “ati ati aja lo sama Keke .. dia ga bakal bisa dipermaluin kayak tadi ..”
Shilla mengangkat bahu cuek. Dia sudah terbiasa hidup keras. Cewek manja macam itu bukan masalah baginya.
*****
“so, for this assignment .. I ask you all to making a group of four .. please hand me the name of the member in the end of the class ..” kata Sir Joe. Disambut kasak
kusuk siswa/I kelas XI IPA I yang sibuk mencari anggota grup.
“berempat sama siapa nih ?” Tanya Ify.
Deva celingak celinguk “coba gue tanya Obiet .. biet … woi, biet .. udah sama siapa lo ?”
Obiet menjawab “udah sama Kiki .. yah telat lo ..”
“yaudah deh ..” teriak Deva lagi.
Ify membiarkan pulpennya masih melayang di atas kertas “jadi siapa ?”
“I know the member of this class is 28 students .. so, all of the group will consist exactly of four people .. not more or less ..is there anyone absent today ?” kata Sir Joe lagi
“Rio, sir ..” celetuk seorang siswa
“so, whose group still three ?”
Deva mencibir kesal, lalu mengangkat tangannya.
“so, Rio will be the member of your group .. no complain .. we’ll continue the subject .. now .. “ kata Sir Joe, saat melihat Deva akanmembuka mulutnya untuk memprotes.
Deva mencibir lagi “aaaaaah .. kenapa musti sama si sombong itu sih ..” kata Deva sambil menatapi kursi Rio yang kosong dengan kesal.
Ify menyelesaikan tulisan nama kelompol mereka.
“jadi kita berempat ya .. Shil, nanti lo ngomong sama Rio ya .. kan lo ..” Ify menggantung kalimatnya. Shilla manyun. Tugas memberitahu Rio ini lebih sulit daripada tugas disuruh memberi makan macan yang sudah tidak makan tiga hari.
Ify berbisik di tengah pelajaran “ntar pulang ke rumah gue ya .. gue print in beberapa bahan, jadi lo kasih unjuk Rio itu materi makalah kita, biar lo ga usah banyak ngomong sama dia ..”
Shilla tersenyum agak riang, sepertinya Ify mengerti bahwa ngomong sama Rio itu mirip ngomong sama pohon kaktus. Ga bakal di dengerin, apalagi Shilla yang ngomong.
Deva berbisik “gue gabisa .. mau nganter nyokap ke bandara ..”
“yeh ..” kata Ify
“ntar gue email in beberapa bahan deh .. gue kan bawa netbook .. nanti paling di mobil gue sambil nyari sama ngirim ..” kata Deva disambut jempol Ify.
*****
15.05 WIB, Perumahan Tampaksiring
Alphard hitam Ify memasuki gerbang masuk ke perumahan tampaksiring. Rumah rumah disini juga besar besar, tidak jauh berbeda dari perumahan tempat Rio tinggal, pikir Shilla.
Rumah Ify yang bertingkat tiga bergaya minimalis. Tidak ada air mancur megah nan angkuh saat mereka memasuki gerbang rumah. Sebuah kebun dengan patung patung malaikat kecil menyambar mata Shilla. Pemandangan ini jauh
lebih indah, tenang dan sederhana, meskipun bangunan di belakang kebun itu tak kalah
mewah.
Setelah melewati sebuah ruang tamu besar yang di dalamnya terdapat sebuah grand piano cantik, Ify mengajak Shilla memasuki sebuah ruangan. Bukan kamar tidur tampaknya, karena tidak ada ranjang. Sebaliknya,
sebuah karpet lebar membentang di seluruh ruangan. Sofa sofa empuk berbentuk
dadu mengisi bagian lantai yang tidak terjamah karpet.
Ify mengajak Shilla ke sebuah computer pc di sebrang ruangan.
“ini ruang bermain gue .. hehe .. makanya banyak bonek bonekaan .. sama tempelan tempelan ..”
Lucu juga .. pikir Shilla .. dia baru memperhatikan bahwa terdapat berbagai tempelan gambar khas anak TK di dinding ruangan tersebut. Sebuah penggaris kertas besar menempel di dinding, beberapa coretan menghiasi
penggaris itu, menampakkan pertubuhan tinggi Ify dari kecil hingga sekarang.
Ada juga sebuah meja panjang. Terdapat beberapa trofi dan berbagai mainan. Shilla terkejut menatap sebuah kalung yang bandulnya adalah tutup gabus yang biasa dipakai untuk menutup kecap, juga
sebuah mobil mobilan dari kulit jeruk bali. Persis seperti miliknya dan teman
temannya di kampung.
Ify menyalakan pc dan mulai berselancar di internet. Ia mengopy beberapa materi ke dalam Microsoft word, menambahkan sedikit penjelasan lalu mengeprintnya.
Shilla masih menatapi foto foto pertumbuhan Ify dengan geli, saat Ify menghampirinya dan menyerahkan setumpuk kertas.
“nih, Shil ..” kata Ify
“oiya .. makasih ..” katanya
Shilla menatap Ify “kamu daridulu cantik ya, fy ..”
Ify tersenyum.
“ini dimana ?” Tanya Shilla , sehabis memperhatikan foto Ify kecil bertiga dengan seorang teman cowok dan teman ceweknya, ia melihat foto Ify kecil berbaris bersama anak anak bule.
“oh itu di Tulsa, Amerika .. gue kan sempet tinggal disana empat tahun ..” kata Ify
“oh ..” Shilla mengangguk angguk “tapi kok gaya ngomong kamu ga kayak cinta laura ? hehehehe”
“ya enggalaaaah .. gue kan lebih lama tinggal disini .. cinta laura mah dibuat buat ..”
“emang tuuuh ..” sahut Shilla. Mereka berdua pun mulai bergosip sambil mencela beberapa artis yang berlakuan ih-enggak-banget.
*****
“sampe sini aja, fy ..makasih ya ..” kat Shilla, sambil menutup pintu Alphard Ify.
Ify sempat bengong sebentar menatap rumah Rio yang besar itu “oke deh, Shil .. jangan lupa bilang Rio ya ..”
Shilla mencibir “oke deh .. daaa ..”
Alphard Ify pun meluncur meninggalkan Shilla, yang kini memencet bel dengan takut takut. Tuh kaaaan .. Bi Okky yang membukanya .. aduh dimarahin ga ya dia ?
Bibi Okky cuma melongok melihat bawaan kertas Shilla “masuk ..”
“maaf ya, bi aku pulang sore ..”
Bi Okky Cuma tersenyum “tenang aja .. Bibi juga udah dipesenin sama Den Gabriel .. kamu kerja full nya weekend sama maleman dikit aja ..”
Ah .. Gabriel memang baik .. pikir Shilla sambil tersenyum
“yaudah kamu mandi dulu, ganti baju, kerjain tugas .. abis itu buru buru Bantu yang lain bikin makan malam ya ..” kata Bi Okky.
“oke, bi .. makasih ya, bi ..”
Bi Okky menepuk pundaknya lalu ia beranjak kea rah dapur, sementara Shilla pergi ke kamarnya.
*****
Dengan takut takut, Shilla menatapi kamar Rio yang pintu depannya ditempeli gambar tengkorak dan poster hitam bertuliskan ‘ENTER WITH YOUR OWN RISK !’ berwarna merah darah
Gleeeeek .. emang bajak laut banget sih ini si ‘tuan’ Rio ..
“ada orangnya ga sih ini ..” kata Shilla saat ketukannya tidak disahuti.
“masuk aja ..” kata salah satu pelayan yang melintas “Tuan Rio nya belum pulang tadi ..” katanya
“kakak abis ke dalem ?”
Pelayan itu menunjuk vacuum cleaner yang dibawanya “setengah jam yang lalu sih aku masuk nge-vacuum .. tapi biasanya Tuan Rio pulang malem kok ..” pelayan itu bernajak ke bawah.
Shilla menghela nafas lalu menempelkan telinga ke pintu. Ga ada suara sih .. beneran ga ada kali .. pikirnya ..
Shilla membuka pintu, memandangi sebuah kamar bernuansa hitam putih yang cukup lapang. Tempat tidur Rio terletak di sebuah bagian lantai yang naik ke atas, lebih tinggi dari lantai yang dipijak Shilla
sekarang, sehingga untuk menuju ke tempat tidur, ia harus melewati 4 buah anak
tangga kecil.
Wangi dan Rapi. Ya iyalaaah … pikir Shilla .. orang yang beresin pelayan ..
Sepi sih .. mungkin beneran ga ada .. pikir Shilla
Shilla masuk perlahan, menatapi meja panjang yang ada di sebelah meja computer yang terletak di lantai bawah. Tidak banyak foto di meja panjang itu. Hanya ada beberapa buah kaleng minuman, beberapa kertas asing,
pajangan patung kecil berbentuk abstrak, botol bening yang berisi pasir dan
kerang kerang kecil tanpa tutup ala ‘message-in-the-bottle-, juga ada sebuah bola
kristal kecil berisi pemandangan laut. Tampaknya ‘tuan muda’ nya itu cinta
laut.
Shilla menaruh tumpukan kertas dari Ify itu di atas meja panjang .. hmm .. ditulisin memo aja deh di atasnya .. Shilla mengambil sebuah kertas kecil dan pulpen lalu menuliskan pesan yang menjelaskan tentang tugas
mereka.
Shilla menatap puas memo nya .. bagus .. dia tidak perlu berlama lama sibuk merangkai kata kata lagi untuk berbicara di hadapan Rio.
Ckleeek .. pintu di belakangnya terbuka ..
Mampus .. pikir Shilla lalu membalikkan badannya
Fiuuh .. tuan Gabriel ternyata ..
“sore, tuan ..” sapa Shilla
Gabriel tersenyum “sore .. ngapain ?” tanyanya
“ini tugas kelompok, tuan ..” kata Shilla
Gabriel mengangguk angguk “gimana hari pertama di sekolah ?”
“baik baik aja, Tuan ..”
“bagus deh .. buku kamu udah sampe tadi siang .. besok dibawa aja .. Rio biasanya juga taruh semua bukunya di loker sekolah kok ..” kata Gabriel
Shilla mengangguk lalu memperhatikan dengan seksama bungkusan plastic bening kecil di tangan Gabriel.
“itu apa, Tuan ?” tanyanya, ia sangat mengenali benda di dalamnya
“oh ini bros keluarga ..” Gabriel mengangkat bros di tangannya yang masih terbungkus plastik “di pesan dan di emboss ekslusif dari perancis ..”
“oh ..” Shilla menatapi bros yang sangat familiar itu.
“biasa Rio .. ini udah kedua kali dia ngilangin bros nya .. yang ketiga kali biar ga usah dibikinin lagi .. kalo yangg pertama masih dimaklumi, karena waktu itu dia masih kecil,
tapi ..”
Ucapan Gabriel selanjutnya mengabur di pikiran Shilla karena Shilla sibuk dengan pikirannya sendiri.
Apa maksud semua itu ? apakah Ayi …
Next Part >>
sampe sini dulu ya kak udah malem....
ReplyDeletebesok ak lanjutin lagi...
yang pasti keren baget... :)